Apindo Melihat Potensi Besar Ekspor di ASEAN

Jakarta – Asosiasi Pengusaha Indonesia ( Apindo ) sepakat Indonesia perlu mengintensifkan perdagangan di kawasan ASEAN untuk mengantisipasi kebijakan tarif impor Amerika Serikat (AS). Ketua Apindo Shinta Kamdani menyatakan ASEAN merupakan pasar ekspor yang sangat potensial bagi Indonesia, terutama bagi pelaku usaha nasional yang baru mulai menjajaki pasar ekspor.

Menurut Shinta, ASEAN memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi yang lebih stabil dan relatif lebih tinggi dibandingkan kawasan lain. “Standar pasar di ASEAN secara umum tidak jauh berbeda dengan Indonesia, sehingga pelaku usaha nasional jauh lebih mudah menembus pasar ekspor,” kata Shinta saat dihubungi pada Sabtu, 25 April 2025. Selain itu, katanya, kedekatan geografis membuat beban logistik perdagangan menjadi lebih efisien.

Shinta menyebutkan potensi ekspor ke ASEAN sangat besar, terutama untuk produk manufaktur nasional. Hal itu terlihat dari produk manufaktur yang semakin mendominasi ekspor ke ASEAN dalam 10 tahun terakhir.

Beberapa produk manufaktur tersebut antara lain kendaraan bermotor, perangkat elektronik, produk olahan pangan, produk olahan besi-baja-tembaga, komponen mesin, produk olahan tembakau, serta produk kecantikan. “Meskipun komoditas mentah seperti minyak kelapa sawit (CPO) dan turunannya, produk perikanan, emas dan mutiara, kopi, teh, rempah-rempah, dan lain-lain masih memiliki pangsa ekspor yang signifikan,” katanya.

Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyatakan Indonesia akan meningkatkan perdagangan di dalam ASEAN. “Ini menjadi target kita karena memang negara berkembang dan negara di blok regional menjadi salah satu shock breaker untuk menahan ketidakpastian dan gejolak di masa mendatang,” kata Airlangga dalam konferensi pers virtual pada Jumat, 25 April 2025.

Selain itu, Airlangga menyebutkan pelaku usaha dalam negeri perlu bersiap mencari alternatif pasar baru dan meningkatkan daya saing. Menurut Airlangga, kewaspadaan ini diperlukan untuk mengantisipasi proyeksi penurunan pertumbuhan ekonomi global oleh Dana Moneter Internasional (IMF). IMF memang telah merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi global dari 3,3 persen menjadi 2,8 persen sebagai respons atas tarif AS.

Related Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *