Jakarta – Harga batu bara di pasar global belum menunjukkan tren kenaikan dalam sepekan terakhir. Pada perdagangan hari ini, Selasa, 20 Mei, harga batu bara di pasar ICE Newcastle menyentuh US$98.122 per ton, turun dari harga hari sebelumnya US$99.543 per ton.
Menurut data Trading Economics, harga batu bara relatif stagnan sejak awal tahun 2025. Sepanjang tahun ini, harga kontrak berjangka batu bara telah turun sekitar 20 persen.
Penurunan ini sebagian besar disebabkan oleh melemahnya permintaan global, terutama dari Tiongkok, salah satu konsumen batu bara terbesar di dunia. Pada saat yang sama, pasokan batu bara global terus meningkat.
Indonesia mencetak rekor produksi pada tahun 2024, mencapai 836 juta ton, yang melampaui target awal sebesar 18 persen. Tiongkok juga berencana untuk meningkatkan produksi batu bara domestik sebesar 1,5 persen tahun ini, dengan target 4,82 miliar ton.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral ( ESDM ) sebelumnya menetapkan harga acuan batu bara atau HBA sebesar US$110,38 per ton untuk batu bara dengan nilai kalori 6.322 GAR. Harga ini turun dari HBA periode sebelumnya sebesar US$121,15 per ton.
Untuk batu bara golongan I (5.300 GAR), harganya ditetapkan sebesar US$76,62 per ton. Batu bara golongan II (4.100 GAR) dihargai sebesar US$50,58 per ton, sedangkan batu bara golongan III (3.400 GAR) yang memiliki nilai kalori terendah, dihargai sebesar US$35,42 per ton.
Dibandingkan dengan HBA bulan Mei sebelumnya, harga ini menandai pergeseran yang signifikan. Harga batu bara 6.322 GAR turun sebesar US$10,77 per ton. HBA I turun sebesar US$4,18 per ton. HBA II mengalami sedikit kenaikan sebesar US$0,15, sedangkan HBA III naik sebesar US$0,69 per ton.
Tren ini juga terlihat di pasar internasional. Trading Economics melaporkan bahwa, hingga Kamis, 15 Mei 2025, harga acuan batu bara Newcastle berada di angka US$99,824 per ton. Angka ini mendekati angka US$100, setelah mencapai titik terendah dalam empat tahun di angka US$93,7 per ton pada 23 April.