Jakarta – Perjalanan pertama Donald Trump ke Timur Tengah sejak terpilih kembali sebagai Presiden Amerika Serikat menghasilkan beberapa perjanjian bisnis bernilai tinggi dengan negara-negara Teluk utama.
Dimulai pada 13 Mei 2025, Trump mengunjungi Arab Saudi, Qatar, dan Uni Emirat Arab. Selama kunjungan tersebut, AS menyelesaikan sejumlah kesepakatan dengan negara-negara kaya minyak ini, yang menyoroti kemitraan ekonomi dan pertahanan yang kuat.
Kesepakatan Senjata Senilai US$142 Miliar dengan Arab Saudi
Pada tanggal 13 Mei, AS dan Arab Saudi menandatangani perjanjian pertahanan penting senilai US$142 miliar, atau sekitar Rp2,346 triliun.
“Amerika Serikat dan Arab Saudi menandatangani perjanjian penjualan pertahanan terbesar dalam sejarah—hampir $142 miliar, menyediakan Arab Saudi dengan peralatan perang canggih dan layanan dari lebih dari selusin perusahaan pertahanan AS,” Gedung Putih mengumumkan pada hari Selasa.
Perjanjian tersebut mencakup peralatan canggih untuk angkatan udara Saudi, sistem pertahanan rudal dan ruang angkasa, peningkatan keamanan maritim dan pesisir, peningkatan pengawasan perbatasan, dan infrastruktur komunikasi yang dimodernisasi.
Pada Forum Investasi Saudi-AS di Riyadh, Putra Mahkota Mohammed bin Salman menegaskan kembali pentingnya hubungan AS-Saudi dan menekankan peran usaha patungan dalam mendukung reformasi Visi 2030 kerajaan.
“AS merupakan tujuan utama Dana Investasi Publik, yang menyumbang sekitar 40 persen dari investasi global dana tersebut,” katanya, seperti dikutip Arab News .
Ia juga mencatat bahwa kemitraan tersebut melampaui kerja sama ekonomi hingga upaya bersama untuk perdamaian regional dan global.
Keluarga Kerajaan Qatar Hadiahkan Trump Pesawat Boeing 747-8
Keluarga kerajaan Qatar dilaporkan menghadiahkan Trump sebuah pesawat jet jumbo Boeing 747-8 mewah, yang diperkirakan bernilai $400 juta. Langkah tersebut dilakukan saat Trump menunggu pengiriman dua pesawat baru yang akan menggantikan armada Air Force One saat ini.
Trump telah lama menyuarakan ketidakpuasannya terhadap Boeing 747-200B yang sudah tua, yang telah beroperasi sejak era George HW Bush. Awal tahun ini, ia mengkritik keterlambatan pengiriman jet yang telah diperbarui tersebut.
Pada bulan Februari, Trump secara pribadi memeriksa jet Qatar 747-8 di Bandara Internasional Palm Beach dekat resor Mar-a-Lago miliknya. Menurut Gedung Putih, kunjungan tersebut ditujukan untuk mempelajari konfigurasinya guna menyempurnakan desain Air Force One yang baru.
Trump Desak Suriah untuk Menormalisasi Hubungan dengan Israel
Di Riyadh pada tanggal 14 Mei, Trump mengadakan pertemuan singkat dengan presiden sementara Suriah, Ahmad al-Sharaa. Menurut laporan dari Gedung Putih dan media Saudi yang dikutip oleh Anadolu , Trump menggunakan pertemuan tersebut untuk mengadvokasi rekonsiliasi Suriah dengan Israel.
Ia mendorong al-Sharaa untuk bergabung dengan Perjanjian Abraham dan menuntut penarikan semua kelompok militan asing dari wilayah Suriah. Pertemuan tersebut menyusul keputusan AS untuk mencabut sanksi terhadap Suriah, yang menurut Trump dimaksudkan untuk membantu negara tersebut membangun kembali dan berkembang.
Perjanjian Ekonomi Senilai $1,2 Triliun dengan Qatar
Kunjungan Trump ke Qatar diakhiri dengan kesepakatan ekonomi “bersejarah” senilai $1,2 triliun (sekitar Rp19,84 kuadriliun), menurut pernyataan Gedung Putih yang dirilis Rabu dan dikutip Antara .
Perjanjian ini bertujuan untuk meningkatkan inovasi, memperkuat kepemimpinan manufaktur dan teknologi AS, serta mendukung kemakmuran jangka panjang. Salah satu komponen utamanya adalah pesanan besar Qatar Airways untuk pesawat, termasuk sejumlah besar pesawat berbadan lebar dan jet Boeing 787.
Gedung Putih menyebut pembelian pesawat itu sebagai salah satu pembelian terbesar dalam sejarah Boeing .