Jakarta – Surplus perdagangan Indonesiapada bulan Februari kemungkinan menyempit menjadi $2,45 miliar, meskipun ada peningkatan ekspor yang lebih besar dan pertumbuhan impor yang kecil, sebuah jajak pendapat Reuters menunjukkan pada hari Jumat, 14 Maret 2025, yang mengindikasikan bahwa impor mungkin menjadi lebih mahal karena rupiah yang lebih lemah.
Ekonomi terbesar di Asia Tenggara ini telah membukukan surplus perdagangan bulanan sejak pertengahan 2020, didorong oleh lonjakan komoditas. Namun, besarnya surplus ini telah menyusut karena harga komoditas yang menurun dan permintaan global yang melemah.
Perkiraan rata-rata selusin ekonom yang disurvei oleh Reuters antara 10 Maret dan 14 Maret menunjukkan surplus menurun menjadi $2,45 miliar bulan lalu dari $3,45 miliar pada Januari.
Ekspor pada bulan Februari diperkirakan tumbuh 9,1% tahun-ke-tahun, jauh lebih besar dari 4,7% pada bulan Januari, sementara impor terlihat naik 0,6%, dibandingkan dengan kontraksi 2,67% pada bulan Januari.
Pada awal Februari, rupiah merosot ke level terlemahnya dalam lebih dari tujuh bulan dan terus melemah terhadap dolar AS pada akhir bulan, mencapai level terendah dalam hampir lima tahun karena reaksi pasar terhadap kebijakan perdagangan AS.